Tuesday, February 5, 2013

Berbaik Sangka Menentramkan Hati


berbaik sangka
Untuk mendapatkan yang terbaik, kita harus melakukan yang terbaik pula. Apapun hasilnya, kita serahkan kepada yang Maha Tahu. Jika hasilnya baik, kita tidak perlu sombong ataupun berbangga diri. Sebaliknya, jika hasilnya buruk maka jangan sedih berkepanjangan.

Perlu kita ingat bahwa apa yang terbaik menurut kita belum tentu itu terbaik menurut yang Maha Tahu dan begitu juga sebaliknya. Jadi, setelah kita berusaha sebaik mungkin maka tugas kita selanjutnya adalah pasrah dan berbaik sangka kepada sang Maha Pencipta.

Saya mempunyai cerita tentang penglaman teman saya yang bisa dibilang kurang berserah diri kepada sang Maha Pemberi. Jadi waktu itu adalah pengumuman nilai / IP (Indeks Prestasi) dari teman saya tersebut. Dan setelah melihat nilainya dia sangat kecewa sekali karena nilai yang dia dapat tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Rasa kekecewaan dia semakin besar Karena mengetahui bahwa teman yang selalu dia bantu mendapatkan nilai yang lebih bagus daripada nilai yang dia dapatkan. Dia semakin stress ketika dia mendapatkan kabar bahwa teman – temannya yang lain mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada dia.

Rasa stress dan kecewa bercampur menjadi satu dalam pikirannya. Merasakan hal itu, dia semakin berburuk sangka terhadap teman - temannya dan bahkan terhadap dosen pengajarnya.
Dari cerita tersebut kita tahu bahwa betapa tidak nyamannya ketika kita tidak terima dengan apa yang telah diberikan oleh yang Maha Pemberi kepada kita.  Selain itu, betapa tidak sopannya kita apabila kita tidak terima dengan apa yang telah diberikan oleh sang Maha Pencipta. Seakan – akan kita ‘mendikte’ sang Maha Pencipta untuk menuliskan alur kehidupan kita. Apakah pantas seorang hamba melakukan hal seperti itu kepada penciptanya ?

Berbaik sangka kepada Allah itu akan membuat kita terus bergairah tak mengenal lelah. Bukan hanya itu, berbaik sangka ternyata bisa mengantarkan kita ke Surga. Dikisahkan, suatu hari dalam sebuah taklim di hadapan para sahabatnya, Rasulullah saw berkata bahwa sebentar lagi akan masuk seorang yang kelak akan memegang kunci Surga.

Semua sahabat yang hadir terpana, termasuk Umar bin Khattab. Tidak lama kemudian masuklah orang yang dimaksud. Orang ini penampilannya biasa-biasa saja. Tidak ada ciri khusus apapun. Tidak ada pula tanda-tanda bekas sujud di wajahnya. Karena penasaran, Umar bin Khattab meminta izin untuk menginap di rumah orang tersebut. Namun, selama menginap Umar tidak menemukan amalan khusus orang tersebut.
Ketika Umar bertanya kepadanya apa rahasianya sehingga Rasulullah saw mengatakan ia kelak akan memegang kunci surga, lelaki ini menjawab, “Ibadah dan amalanku sebenarnya biasa saja, wahai Umar. Hanya selama hidupku, aku diajari oleh ibuku untuk tidak punya perasaan buruk sangka terhadap apapun dan siapapun. Barangkali itulah amalan yang dimaksud Rasulullah.”
Marilah kita belajar untuk selalu berprasangka baik terhadap apapun dan siapapun. Jangan sis – siakan waktu berharga kita hanya untuk menilai dan mengomentari perilaku seseorang. Dan yang terpenting adalah kita harus berbaik sangka terhadap sang Maha Pemberi. Dia memang tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan tetapi  Dia selalu memberikan yang terbaik bagi semua umat-Nya.
Terima kasih dan semoga sukses selalu menyertai kita semua. Amin 

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan Anda.
Semoga Artikel yang kami sediakan bisa bermanfaat bagi kita semua. Silahkan tinggalkan komentar Anda untuk memberikan komentar/kritik/saran untuk menjadikan blog ini lebih baik lagi.