Untuk mendapatkan yang
terbaik, kita harus melakukan yang terbaik pula. Apapun hasilnya, kita serahkan
kepada yang Maha Tahu. Jika hasilnya baik, kita tidak perlu sombong ataupun
berbangga diri. Sebaliknya, jika hasilnya buruk maka jangan sedih
berkepanjangan.
Perlu kita ingat bahwa apa yang terbaik
menurut kita belum tentu itu terbaik menurut yang Maha Tahu dan begitu juga
sebaliknya. Jadi, setelah kita berusaha sebaik mungkin maka tugas kita
selanjutnya adalah pasrah dan berbaik sangka kepada sang Maha Pencipta.
Saya mempunyai cerita
tentang penglaman teman saya yang bisa dibilang kurang berserah diri kepada
sang Maha Pemberi. Jadi waktu itu adalah pengumuman nilai / IP (Indeks
Prestasi) dari teman saya tersebut. Dan setelah melihat nilainya dia sangat
kecewa sekali karena nilai yang dia dapat tidak sesuai dengan yang dia
harapkan. Rasa kekecewaan dia semakin besar Karena mengetahui bahwa teman yang
selalu dia bantu mendapatkan nilai yang lebih bagus daripada nilai yang dia
dapatkan. Dia semakin stress ketika dia mendapatkan kabar bahwa teman –
temannya yang lain mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada dia.
Rasa stress dan kecewa
bercampur menjadi satu dalam pikirannya. Merasakan hal itu, dia semakin
berburuk sangka terhadap teman - temannya dan bahkan terhadap dosen
pengajarnya.
Dari cerita tersebut
kita tahu bahwa betapa tidak nyamannya ketika kita tidak terima dengan apa yang
telah diberikan oleh yang Maha Pemberi kepada kita. Selain itu, betapa tidak sopannya kita
apabila kita tidak terima dengan apa yang telah diberikan oleh sang Maha
Pencipta. Seakan – akan kita ‘mendikte’ sang Maha Pencipta untuk menuliskan
alur kehidupan kita. Apakah pantas seorang hamba melakukan hal seperti itu
kepada penciptanya ?
Berbaik sangka kepada
Allah itu akan membuat kita terus bergairah tak mengenal lelah. Bukan hanya
itu, berbaik sangka ternyata bisa mengantarkan kita ke Surga. Dikisahkan, suatu
hari dalam sebuah taklim di hadapan para sahabatnya, Rasulullah saw berkata
bahwa sebentar lagi akan masuk seorang yang kelak akan memegang kunci Surga.
Semua sahabat yang hadir terpana, termasuk Umar bin Khattab. Tidak lama kemudian masuklah orang yang dimaksud. Orang ini penampilannya biasa-biasa saja. Tidak ada ciri khusus apapun. Tidak ada pula tanda-tanda bekas sujud di wajahnya. Karena penasaran, Umar bin Khattab meminta izin untuk menginap di rumah orang tersebut. Namun, selama menginap Umar tidak menemukan amalan khusus orang tersebut.
Ketika Umar bertanya kepadanya apa rahasianya sehingga
Rasulullah saw mengatakan ia kelak akan memegang kunci surga, lelaki ini
menjawab, “Ibadah dan amalanku sebenarnya biasa saja, wahai Umar. Hanya selama
hidupku, aku diajari oleh ibuku untuk tidak punya perasaan buruk sangka
terhadap apapun dan siapapun. Barangkali itulah amalan yang dimaksud
Rasulullah.”
Marilah kita belajar untuk selalu berprasangka baik
terhadap apapun dan siapapun. Jangan sis – siakan waktu berharga kita hanya
untuk menilai dan mengomentari perilaku seseorang. Dan yang terpenting adalah
kita harus berbaik sangka terhadap sang Maha Pemberi. Dia memang tidak selalu
memberikan apa yang kita inginkan tetapi
Dia selalu memberikan yang terbaik bagi semua umat-Nya.
Terima kasih dan semoga sukses selalu menyertai kita
semua. Amin
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan Anda.
Semoga Artikel yang kami sediakan bisa bermanfaat bagi kita semua. Silahkan tinggalkan komentar Anda untuk memberikan komentar/kritik/saran untuk menjadikan blog ini lebih baik lagi.