Thursday, February 28, 2013

Shalat Witir


Pengertian Shala Witir
shalat, shalat witir, witir

Shalat Witir adalah shalat sunnah yang bilangan rakaatnya ganjil. Mengenai bilangan rakaatnya, paling sedikit adalah satu rakaat dan paling banyak adalah sebelas rakaat. Jumlah sebelas rakaat itu telah cukup dan inilah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana dinyatakan oleh A’isyah ra 
Tidaklah pernah Nabi SAW shalat malam (witir) melebihi sebelas rakaat“. 

Hukum Shalat Witir

Walaupun hukum shalat Witir adalah sunnah muakkadah, namun sangat di anjurkan untuk dikerjakan. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : 
Hai para pencita-cita Al-Qur’an, kerjakanlah shalat Witir. Sebab Allah itu tunggal (Esa). Dia suka kepada bilangan witir (ganjil).

Waktu Shalat Witir

Adapun waktu shalat Witir adalah sesudah shalat Isya’ sampai terbit fajar. Cara mengerjakannya adalah dua rakaat satu salam, kemudian terakhir satu rakaat dengan satu salam dan bila dikerjakan tiga rakaat, maka tidak usah tasyahud awal supaya tidak menyerupai shalat Maghrib.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya :
Telah berkata ‘Aisyah : adalah Rasulullah SAW pernah shalat Witir tiga rakaat yang ia tidak selingi apa-apa (tasyahud) diantaranya“. 
(HR. Ahmad)


Bila melaksanakan witir lebih tiga rakaat, maka dilakukan setiap dua rakaat salam dan ditutup dengan satu rakaat.

Kalau seseorang merasa khawatir akan tidak melaksanakan salat witir di tengah atau akhir malam, maka ia sebaiknya melaksanakannya setelah salat Isya', atau setelah salat Tarawih pada bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa mengira tidak akan bangun malam, maka hendaknya ia berwitir pada awal malam, barangsiapa merasa yakin bisa bangun malam, maka hendaknya ia berwitir di akhir malam karena salat akhir malam dihadiri malaikat
(H.R. Muslim, Ahmad, Tirmizi).


Sholat witir tidak disunnahkan berjamaah, kecuali bersama dengan sholat tarawih. Surat yang disunnahkan dibaca dalam witir 3 rakaat adalah "Sabbih-isma Rabiika", Al-Kafiruun dan rakaat ketiga al-Ikhlas dan Muawwidzatain.

Sedangkan apabila shalat tarawih pada bulan Ramadhan sampai pada tanggal 15 Ramadhan sampai seterusnya, maka pada rakaat Witir yang terakhir yaitu ketika bangun dari ruku’, di sunnatkan membaca do’a qunut.

Para ulama berbeda pendapat mengenai seseorang yang yang berwitir pada awal malam lalu tidur dan bangun di akhir malam dan melakukan sholat. Sebagian ulama berpendapat bahwa batal witir yang telah dilakukannya pada awal malam dan di akhir malam ia menambahkan satu rakaat pada sholat witirnya, karena ada hadist yang mengatakan "tidak ada witir dua kali dalam semalam". Witir artinya ganjil, kalau ganjil dilakukan dua kali menjadi genap dan tidak witir lagi, maka ditambah satu rakaat agar tetap witir. Redaksi hadist tersebut sbb:

Dari Qais bin Thalk berkata suatu hari aku kedatangan ayahnya Thalq bin Ali di hari Ramadhan, lalu beliau bersama kita hingga malam dan sholat (tarawih) bersama kita dan berwitir juga. Lalu beliau pulang ke kampungnya dan mengimam sholat lagi dengan penduduk kampung hingga sampailah sholat witir, lalu beliau meminta seseorang untuk mengimami sholat witir "berwitirlah bersama makmum" aku mendengar Rauslullah s.a.w. bersabda "Tidak ada witir dua kali dalam semalam"
(H.R. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasai, Ahmad dll)



Monday, February 25, 2013

Ujub, Sum'ah dan Riya'

Pengertian Ujub
ujub, bangga diri

Ujub dalam bahasa Indonesia lebih dekat dengan kata BANGGA

Sufyan Ats-Tsauri rohimahumulloh, meringkas definisi ujub sebagai berikut:
Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri sehingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi perkara haram lebih suci jiwanya ketimbang dirinya

Imam Syafi’i rohimahumulloh berkata :
Baransgsiapa yang mengangkat-angkat diri secara berlebihan, niscaya Allah akan menjatuhkan martabatnya

*Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya dan menganggapnya bagai angin lalu.

Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits:
Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya” 
(HR. Bukhari)

Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” 
Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sendal yang dipakainya juga bagus?” 
Rasulullah menjawab:
Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. 
(HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) 

*awal hadits berbunyi: 
Tidak akan masuk Surga orang yang terdapat sebesar biji zarrah kesombongan dalam hatinya"

Pengertian Sum'ah
sum'ah

Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya (yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi) kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.


Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia… 
(QS. Al-Baqarah : 264)

Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.
(HR. Bukhari)

*Penjelasan hadits diatas adalah, diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.



Pengertian Riya'
riya

Secara syar’i, para ulama berbeda pendapat dalam memerikan definisi riya’, namun intinya sama, yakni seorang melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun ia lakukan bukan karena Allah melainkan tujuan dunia atau dengan kata lain melakukan ibadah untuk mencari perhatian manusia sehingga orang lain memuji pelakunya dan ia mengharapkan pengagungan dan pujian serta penghormatan dari orang yang melihatnya.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak lain merupakan syirik kecil. 
Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” 

Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, “Riya.

Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya, ‘Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya terhadapnya.’ Lihat Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?” 
(HR. Ahmad)

Sunday, February 24, 2013

Ta'aruf YES! Pacaran NO!

taaruf

Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.

Perbedaan taaruf dengan pacaran

Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second, tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.

Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil yang ahli memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan taaruf, seseorang baik pihak pria atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri.

Proses taaruf

Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi, taaruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.

Tujuan taaruf

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting. Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.

Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus taaruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.

Manfaat Taaruf
Selain urusan melihat fisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, nge-date dan seterusnya dengan menggunakan alasan taaruf. Janganlah ta`aruf menjadi pacaran, sehingga tidak terjadi khalwat dan ikhtilath antara pasangan yang belum jadi suami-istri ini.

Thursday, February 21, 2013

Mahabbah

mahabbah
Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni cinta lawan dari benci. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang sangat kasih atau penyayang.

Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang Mutlak, yaitu cinta kepada Tuhan.
Kata mahabbah selanjutnya digunakan untuk menunjukkan pada suatu paham atau aliran dalam tasawwuf yang artinya kecintaan yang mendalam secara ruhaniah pada Tuhan.

Pengertian mahabbah dari segi tasawwuf ini lebih lanjut dikemukakan al Qusyairi sebagai berikut: “almahabbah adalah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakkan) Allah swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah swt”.

Harun Nasution mengatakan mahabbah adalah cinta yang dimaksud adalah cinta kepada Tuhan, antara lain sebagai berikut:

a. memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya.
b. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
c. Mengosongkan hati dari segala – galanya kecuali dari yang dikasihi yaitu Tuhan.

Dilihat dari tingkatannya, mahabbah sebagai dikemukakan al-Sarraj sebagai dikutip Harun Nasution ada tiga macam yaitu:
1. mahabbah orang biasa yaitu selalu mengingat Allah dengan zikir, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan.
2. mahabbah orang shidiq, yaitu cinta orang yang kenal pada Tuhan, kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya, ilmu-Nya, dan lain-lain.
3. mahabbah orang yang arif adalah cinta yang tahu betul kepada Tuhan.
Dari uraian tersebut disimpulkan mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati, sehingga sifat-sifat yang dicintai (Tuhan) masuk ke dalam diri yang dicintai.

2. Tujuan Mahabbah

Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.
Selain itu juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah swt.

3. Kedudukan Mahabbah

Al mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu berdampingan dengan ma’rifah, baik dalam kedudukan maupun pengertiannya. Ma’rifah adalah merupakan tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati (alQalb), maka mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta(roh). Rasa cinta itu tumbuh karena pengetahuan dan pengenalan kepada Tuhan sudah sangat jelas mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Oleh karena itu, menurut Al Ghazali mahabbah itu manifestasi dari ma’rifah kepada Tuhan. Dengan demikian kedudukan mahabbah lebih tinggi dari ma’rifah.

B. Alat Untuk Mencapai Mahabbah

Para ahli tasawuf mengungkapkan alat untuk mencapai mahabbah yaitu menggunakan pendekatan psikologi melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia. Harun Nasution mengatakan alat untuk memperoleh ma’rifah oleh sufi disebut sir. Harun Nasution mengutip pendapat al-Qusyairi ada 3 alat yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan yaitu:

1. Al-Qalb, yaitu hati sanubari, sebagai alat mengetahui sifat-sifat Tuhan.
2. Roh, yaitu alat untuk mencintai Tuhan.
3. Sir, yaitu alat untuk melihat Tuhan.

Sir lebih halus daripada roh, dan roh lebih halus dari qolb. Kelihatannya sir bertempat di roh, dan roh bertempat di qolb, dan sir timbul dan dapat menerima iluminasi dari Allah, kalau qolb dan roh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-sekosongnya, tidak berisi apapun.

Dari keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai Tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu, melainkan hanya berisi oleh cinta kepada Tuhan.

Roh yang digunakan untuk mencintai Tuhan itu sebenarnya telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia sejak dalam kandungan ketika berumur empat bulan, dengan demikian alat untuk mencintai Tuhan sebenarnya telah diberikan Tuhan. Manusia tidak mengetahui sebenarnya hakikat roh itu, yang mengetahui hanyalah Tuhan. Allah berfirman:

Artinya: mereka itu bertanya kepada Engkau (Muhammad) tentang roh, katakanlah bahwa roh itu urusan Tuhan, tidak kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit sekali. (QS. Al-isra’: 85).

Selanjutnya Rasulullah saw juga telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim yang artinya:

“sesungguhnya manusia dilakukan penciptaaannya dalam kandungan ibunya, selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah(segumpal darah), kemudian menjadi alaqah(segumpal daging) pada waktu juga 40 hari, kemudian dijadikan mudghah (segumpal daging yang telah berbentuk) pada waktu 40 hari juga, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menghembuskan roh kepadanya”

C. Tokoh Yang Mengembangkan Mahabbah

Tokoh yang memperkenalkan mahabbah adalah Rabiah al Adawiyah. Ia adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari Basrah, di Irak. Ia hidup antara tahun 713-801 M, ada juga yang menyebutkan ia meninggal pada tahun 185/796 M. Menurut riwayatnya ia adalah seorang hamba yang kemudian dibebaskan.

Dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadah, bertaubat, menjauhi hidup duniawi dan menolak bantuan material yang diberikan orang kepadanya. Selain itu juga ia betul – betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin berada dekat dengan Allah swt dan selalu menolak lamaran pria salih.

Diantara doa dari Rabiatul Adawiyah : “Ya Rabbi, bila aku menyembah-Mu karena takut akan neraka bakarlah diriku di dalamnya. Bila aku menyembah-Mu karena harap akan syurga jauhkanlah aku dari sana. Namun jika aku menyembah-Mu hanya demi Engkau maka janganlah Kau tutup Keindahan Abadi-Mu”.

D. Mahabbah Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

Ada banyak ayat – ayat dalam alqur’an menggambarkan bahwa antara manusia dengan Tuhan dapat saling bercinta. Diantaranya :

Artinya: “jika kamu cinta kepada Allah, maka turutlah aku dan Allah akan mencintai kamu”. (QS. Al-imran: 30).

Artinya:”Allah akan mendatangkan suatu ummat yang dicintai-Nya dan yang mencintai-Nya”. (QS. Al-Maidah: 54).

Di dalam hadits juga disebutkan: 

ﻮﻻﻴﺰﺍﻞﻋﺒﺩﻯﻴﺘﻘﺮﺐﺇﻠﻲﺒﺎﻟﻨﻮﺍﻔﻞﺤﺘﻰﺍﺤﺒﻪﻮﻣﻦﺍﺤﺒﺒﺘﻪﻜﻨﺖﻟﻪﺳﻣﻌﺎﻮﺑﺼﺮﺍﻮﻴﺪﺍ
Artinya:”hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan hingga Aku cinta kepada-Nya. Orang yang Ku cintai menjadi telinga, mata dan tangan-Ku”.

Ayat dan hadits di atas memberikan petunjuk bahwa antara manusia dan Tuhan dapat saling mencintai, karena alat untuk mencintai Tuhan, yaitu roh yang berasal dari Tuhan. Roh Tuhan bersatu dan roh yang ada pada manusia anugerah Tuhan bersatu dan terjadilah mahabbah. Untuk mencapai keadaan tersebut dilakukan dengan amal ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Sumber 

Tuesday, February 5, 2013

Jenis Makanan yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Pria



Seringkali pria lebih memilih makanan yang cepat saji dibandingkan harus mengolah sendiri bahan makanan yang ada. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu ataupun sulitnya mengolah bahan makanan yang ada.

Padahal, makanan yang sehat sangat mudah didapatkan dan tidak sulit untuk membuatnya. Berikut saya akan memberikan beberapa contoh beberapa makanan yang sehat dan mudah untuk didapatkan.

1.      Daging merah tanpa lemak 
adalah salah satu sumber asam amino terbaik yang membantu ‘membangun’ otot
2.      Coklat
jika dikonsumsi dalam jumlah yang tepat, dapat memperbaiki aliran darah. Pria dengan sirkulasi darah yang buruk, cenderung mengalami disfungsi ereksi,  disarankan mengkonsumsi 1 ons coklat pekat setiap harinya. 
3.      Kerang dan seafood lainnya
kaya akan zinc yang sangat penting bagi kesehatan jantung, otot dan organ reproduksi.
4.      Alpukat, kacang-kacangan dan zaitun adalah contoh dari sumber lemak yang baik bagi tubuh. Kandungan lemak tak jenuhnya dapat menurunkan kadar kolesterol.
5.      Jahe
memiliki zat anti peradangan didalamnya. Zat ini baik untuk memulihkan otot-otot setelah berlatih.
6.      Pisang
membantu mempertahankan tekanan darah. 
7.      Tomat.
Lykopen yang terkandung dalam tomat, bekerja sebagai antioksidan yang membantu mencegah kanker prostat
8.      Telur.
Jika Anda menderita 
darah tinggi, batasi konsumsi telur dalam menu Anda.
9.      Kedelai
kedelai adalah makanan yang paling banyak memberikan efek pencegahan terhadap kanker prostat.
10.  Sayuran hijau
sangat baik untuk menjaga kesehatan mata.

Demikianlah beberapa jenis makanan yang bisa meningkatkan kesehatan pria. Semoga ‘tulisan’ ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Terima kasih dan semoga sukses selalu menyertai kita semua. J

Berbaik Sangka Menentramkan Hati


berbaik sangka
Untuk mendapatkan yang terbaik, kita harus melakukan yang terbaik pula. Apapun hasilnya, kita serahkan kepada yang Maha Tahu. Jika hasilnya baik, kita tidak perlu sombong ataupun berbangga diri. Sebaliknya, jika hasilnya buruk maka jangan sedih berkepanjangan.

Perlu kita ingat bahwa apa yang terbaik menurut kita belum tentu itu terbaik menurut yang Maha Tahu dan begitu juga sebaliknya. Jadi, setelah kita berusaha sebaik mungkin maka tugas kita selanjutnya adalah pasrah dan berbaik sangka kepada sang Maha Pencipta.

Saya mempunyai cerita tentang penglaman teman saya yang bisa dibilang kurang berserah diri kepada sang Maha Pemberi. Jadi waktu itu adalah pengumuman nilai / IP (Indeks Prestasi) dari teman saya tersebut. Dan setelah melihat nilainya dia sangat kecewa sekali karena nilai yang dia dapat tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Rasa kekecewaan dia semakin besar Karena mengetahui bahwa teman yang selalu dia bantu mendapatkan nilai yang lebih bagus daripada nilai yang dia dapatkan. Dia semakin stress ketika dia mendapatkan kabar bahwa teman – temannya yang lain mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada dia.

Rasa stress dan kecewa bercampur menjadi satu dalam pikirannya. Merasakan hal itu, dia semakin berburuk sangka terhadap teman - temannya dan bahkan terhadap dosen pengajarnya.
Dari cerita tersebut kita tahu bahwa betapa tidak nyamannya ketika kita tidak terima dengan apa yang telah diberikan oleh yang Maha Pemberi kepada kita.  Selain itu, betapa tidak sopannya kita apabila kita tidak terima dengan apa yang telah diberikan oleh sang Maha Pencipta. Seakan – akan kita ‘mendikte’ sang Maha Pencipta untuk menuliskan alur kehidupan kita. Apakah pantas seorang hamba melakukan hal seperti itu kepada penciptanya ?

Berbaik sangka kepada Allah itu akan membuat kita terus bergairah tak mengenal lelah. Bukan hanya itu, berbaik sangka ternyata bisa mengantarkan kita ke Surga. Dikisahkan, suatu hari dalam sebuah taklim di hadapan para sahabatnya, Rasulullah saw berkata bahwa sebentar lagi akan masuk seorang yang kelak akan memegang kunci Surga.

Semua sahabat yang hadir terpana, termasuk Umar bin Khattab. Tidak lama kemudian masuklah orang yang dimaksud. Orang ini penampilannya biasa-biasa saja. Tidak ada ciri khusus apapun. Tidak ada pula tanda-tanda bekas sujud di wajahnya. Karena penasaran, Umar bin Khattab meminta izin untuk menginap di rumah orang tersebut. Namun, selama menginap Umar tidak menemukan amalan khusus orang tersebut.
Ketika Umar bertanya kepadanya apa rahasianya sehingga Rasulullah saw mengatakan ia kelak akan memegang kunci surga, lelaki ini menjawab, “Ibadah dan amalanku sebenarnya biasa saja, wahai Umar. Hanya selama hidupku, aku diajari oleh ibuku untuk tidak punya perasaan buruk sangka terhadap apapun dan siapapun. Barangkali itulah amalan yang dimaksud Rasulullah.”
Marilah kita belajar untuk selalu berprasangka baik terhadap apapun dan siapapun. Jangan sis – siakan waktu berharga kita hanya untuk menilai dan mengomentari perilaku seseorang. Dan yang terpenting adalah kita harus berbaik sangka terhadap sang Maha Pemberi. Dia memang tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan tetapi  Dia selalu memberikan yang terbaik bagi semua umat-Nya.
Terima kasih dan semoga sukses selalu menyertai kita semua. Amin 

Jadilah Baik Untuk Mendapatkan yang Baik


Ada seorang pria yang sedang mencari ‘wanita malam’ untuk menghibur dirinya. Setelah sekian lama mencari, dia bertemu dengan seorang wanita cantik yang berdiri di pinggir jalan. Wanita itu begitu seksi sehingga membangkitkan nafsu pria tersebut.  Tanpa pikir panjang pria tersebut langsung menawari wanita tersebut untuk masuk ke dalam mobil pribadinya. Wanita itu pun langsung memenuhi tawaran pria mata keranjang tersebut.
Pria itu langsung membawa wanita itu ke sebuah hotel terdekat. Namun dalam perjalanan, tiba – tiba wanita itu pingsan. Lelaki itu panik dan stress. Kemudian pria itu langsung membawa wanita tersebut ke rumah sakit terdekat. Setelah menunggu kurang lebih satu jam, dokter keluar dari ruangan pemeriksaan dan memberikan ucapan selamat kepada pria tersebut, “Selamat ya pak, istri anda hamil. Beberapa bulan lagi anda akan menjadi seorang ayah.”
Mendengar ucapan dari dokter tersebut, pria tersebut semakin lemas dan berkata “Maaf dok, tapi wanita itu bukan istri saya.” Dokter langsung menjawab, “tapi kata wanita itu, anda adalah suaminya dan ayah dari bayi yang dikandungnya.”
Mendengar pernyataan itu pria itu semakin stress dan merasa tertuduh. Kemudian pria itu meminta untuk tes DNA untuk membuktikan bahwa dia bukan suami dari wanita itu dan bukan ayah dari bayi yang dikandung oleh wanita itu.
Setelah tes DNA dokter menyatakan bahwa pria itu bukan ayah dari bayi yang dikandung oleh wanita yang ditolongnya. Dokter berkata, “Anda tidak mungkin menjadi seorang ayah karena hasil tes menunjukkan bahwa Anda mandul.” Mendengar penjelasan dokter tersebut, perasaan pria itu bercampur antara senang dan stress.
Sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya ia berpikir, “Ternyata saya mandul. Lantas siapa ayah 6 anak dari istri saya yang selama ini memanggil saya ayah, ya?” Dan sekarang pria itu benar – benar stress.
Demikian cerita yang bisa saya bagi untuk pembaca sekalian. Semoga cerita tersebut bisa menghibur sekaligus memberikan pelajaran berharga bagi kita semua terutama dalam hal “Berakhlak Baik”. Mohon maaf jika ada kata ataupun kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian. 

Terima kasih dan semoga sukses selalu menyertai kita semua. Amin